Seandainya benar lebih baik terlambat
daripada tidak sama sekali, aku tak pernah merasa baik sedikitpun. Sebab
tanpamu, hidup serasa bagaikan tawa tak terbahak, pun tangis tak
terisak. Aku minta maaf, aku terlalu jauh memikirkan cara agar kita
dapat lebih dekat. Namun kenyataannya ternyata, kau yang terlalu cepat
memutuskan untuk tak dapat menungguku lebih lama sehingga apa yang ingin
aku genggam lepas begitu saja ke pelukan orang lain. Itulah mengapa
kabar digunakan sebagai pengerat. Sedangkan sabar ada sebagai sekat.
Agar keras kepala tak melulu menunda kebahagiaan.
Aku tidak sepenuhnya menyalahkanmu. Hanya
saja keraguan dalam hatiku yang masih saja serupa penyesalan sepanjang
hidup. Sekarang apa? Semuanya sudah terlambat. Yang aku inginkan tak
lagi sendiri. Apa aku harus merebutmu dari pelukannya? Ah, cara kuno!
Sebab kebahagiaan yang didapat dari merebut kebahagiaan sepasang kekasih
adalah cara bahagia yang paling menyedihkan di dunia ini. Kalaupun
semisal aku bahagia telah merebutmu dari pelukannya, itu hanya akan
mendekatkanku pada karma. Biarlah aku tanpamu, asal tak merusak
kebahagiaan kalian. Ini lebih baik dari ugal-ugalan.
Namun, percayalah. Apa yang membuatku bahagia
adalah senyummu kelak. Tetapi jika ia tak dapat memperlakukanmu dengan
layak, aku yakin suatu saat, apabila takdir-takdir kecil dan Tuhan
mengamini semua doa-doaku. Kita akan menjadi kita yang semesta impikan.
Sebab semestaku, semestinya kamu.
sumber : satumoment.tumblr.com
0 komentar:
Posting Komentar