Sabtu, 01 Juni 2013

Semestaku, Semestinya Kamu

Seandainya benar lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, aku tak pernah merasa baik sedikitpun. Sebab tanpamu, hidup serasa bagaikan tawa tak terbahak, pun tangis tak terisak. Aku minta maaf, aku terlalu jauh memikirkan cara agar kita dapat lebih dekat. Namun kenyataannya ternyata, kau yang terlalu cepat memutuskan untuk tak dapat menungguku lebih lama sehingga apa yang ingin aku genggam lepas begitu saja ke pelukan orang lain. Itulah mengapa kabar digunakan sebagai pengerat. Sedangkan sabar ada sebagai sekat. Agar keras kepala tak melulu menunda kebahagiaan. 

Aku tidak sepenuhnya menyalahkanmu. Hanya saja keraguan dalam hatiku yang masih saja serupa penyesalan sepanjang hidup. Sekarang apa? Semuanya sudah terlambat. Yang aku inginkan tak lagi sendiri. Apa aku harus merebutmu dari pelukannya? Ah, cara kuno! Sebab kebahagiaan yang didapat dari merebut kebahagiaan sepasang kekasih adalah cara bahagia yang paling menyedihkan di dunia ini. Kalaupun semisal aku bahagia telah merebutmu dari pelukannya, itu hanya akan mendekatkanku pada karma. Biarlah aku tanpamu, asal tak merusak kebahagiaan kalian. Ini lebih baik dari ugal-ugalan. 

Namun, percayalah. Apa yang membuatku bahagia adalah senyummu kelak. Tetapi jika ia tak dapat memperlakukanmu dengan layak, aku yakin suatu saat, apabila takdir-takdir kecil dan Tuhan mengamini semua doa-doaku. Kita akan menjadi kita yang semesta impikan. Sebab semestaku, semestinya kamu. 


sumber : satumoment.tumblr.com

0 komentar:

Posting Komentar