Senin, 11 April 2016

Langit dan Matahari


Di antara bayangan fajar, lampu jalan terlihat seperti api unggun. Matahari terbit yang masih terasa dingin, aku masih berada di dalam selimut yang menghangatkan.

Aku terbangun dari lelapku. Begitu sunyi. Hanya detikan jam dinding yang menemani. Apakah kesunyian ini adalah kesempatan? Kesempatan untuk berpikir kembali bagaimana cara melupakan. Ataukah hanya harapan? Yang selalu membuai dengan berbagai kemungkinan.

Hari ini, akan aku lewati kembali, hari yang tak pernah terasa sama setelah dia pergi. Mulai ku susun lagi serpihan-serpihan hati, dengan harapan, aku harus lebih kuat hari ini.

Di bawah matahari yang terbit, aku duduk memandangi langit. Ku tarik nafas panjang, tetap tenanglah, seperti berada di dalam selimut hangat, kau akan merasa aman, sugestiku dalam hati. Ku tatap kembali langit yang mulai membiru, seperti datangnya harapan baru, selalu terlihat indah, walau akan membuat hati gundah.

Ada seseorang yang tak pernah lepas dari pikiranku. Seseorang yang begitu mencintai langit biru, matahari, dan bunga daisy yang tumbuh di halaman depan rumahnya. Seseorang yang penuh oleh luka, namun tetap memajang senyum di wajahnya. Seseorang yang membuatku tidak mengerti, perasaan seperti apa yang aku miliki terhadapnya. Hingga semua terasa hampa, ketika dia melangkah pergi sesaat setelah aku bertemu dengannya.  Banyak orang berkata, kau akan menemukan cinta di setiap persimpangan. Mungkin saat itu aku dan dia bertemu di pertengahan, saat aku berjalan ke tempat yang aku tuju, dan dia berjalan pada orang yang telah menunggu. Ya, aku dengannya tidak akan menemukan cinta itu.

Saat itu, semua tampak serasi. Aku dan dia begitu mengagumi bagaimana alam bisa membiaskan berbagai macam warna dan gradasi. Ketika dia tau bahwa aku menyukai pelangi, kami terus membicarakan itu hingga pagi. Aku menceritakan banyak hal padanya, tentang segelas kopi yang selalu aku minum setiap malam dan pagi, tentang hujan yang semakin lebat dari hari ke hari, begitu pula dengannya, dia memberitahuku tentang kebiasaan tidurnya di pagi hari, tentang orang-orang di sekitarnya yang tidak peduli, dan masih banyak lagi. Kami berbicara tentang semua hal, kecuali perasaan kami sendiri. Ku akui, dia adalah alasan kebahagiaanku. Entah bagaimana dengannya.

Kau tau apa yang lebih menyedihkan dari kisah Romeo dan Juliet? Yaitu, kisah dua orang yang saling membutuhkan, namun takut untuk saling mencintai.

Sejak saat itu, langit dan matahari tampak berbeda. Aku tak pernah memandangnya dengan sama lagi. Karena dia telah menyimpan kenangan di dalamnya. Kenangan yang sengaja kami buat agar bisa abadi. Namun kenangan indah itu hanya bisa menyesakkan hati. Ya, mungkin karena itu hanyalah kenangan dalam memori dan tidak akan terjadi lagi.

Orang bilang, sesuatu yang didapatkan dengan mudah, akan pergi dengan mudah pula. Ya, aku tau itu. Tapi aku tak tau bila sesuatu yang belum didapatkan, bisa pergi dengan mudah pula.

Kini, aku tak lagi menyukai pelangi. Meskipun dia berwarna indah di langit setelah hujan, namun dia singkat, hanya sementara, seperti kita.