Banyak yang bilang, hidup adalah pilihan. Memilih mana yang
baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Kita dituntut
untuk menjadi manusia yang dewasa dan bijak dalam memilih. Tapi, bagaimana bisa
kita menjadi dewasa dan bijak jika kita dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang
beragam? Nah, hal inilah yang seringkali disalah artikan oleh orang banyak.
Aku pernah, takut dalam memilih, takut mengambil keputusan,
takut melangkah, takut membuat perubahan, takut akan segala hal yang nantinya bisa
membuatku menyesal. Alhasil, aku hanya terpuruk dalam ketakutan yang seolah
mengekang semua pergerakan. Ketakutan yang terus menerus menghantui pikiranku,
menarikku begitu jauh dari tujuan hidup yang sebenarnya. Membuatku lupa bahwa
waktu terus menerus berjalan, waktu tak pernah menungguku untuk
mempertimbangkan pilihan yang akan aku ambil. Memang, kadang hidup menuntut
kita untuk belajar cepat pada banyak hal. Hal yang bahkan tak pernah kita
hadapi sebelumnya. Seperti anak kelas 1 sd yang dipaksa mengikuti ujian
nasional di kelas 6 sd. Kita bahkan tak tau apa-apa, tapi mengapa kita
dihadapkan pada hal yang tak pernah kita tau? Itulah hidup yang sesungguhnya.
Penuh misteri. Kita kadang berada di atas, lalu bisa dengan seketika berada di
bawah. Itulah yang aku takutkan.
Rasa takut. Mungkin inilah sifat dasar manusia. Kita terlalu
takut untuk membuat perubahan dalam hidup. Tapi bila dipikir-pikir, bukankah
kita harus terjatuh dahulu jika ingin bangkit? Bukankah kita harus gagal dahulu
jika ingin sukses? Ketika ketakutanku menjadi ujung tombak semua kehancuranku.
Aku memilih untuk tidak takut lagi pada apapun. Jika bisa bersikap berani,
mengapa harus takut? Toh, rasa takut tak akan menghasil apa-apa selain membawa
kita pada keterpurukan. Jikalau kenyataannya hanya keberanianlah yang bisa
membangkitkan, mengapa tidak memilih untuk bersikap berani? Bukankah hidup itu
pilihan? Ya, mungkin karena dosis rasa takut yang sudah terlalu tinggi. Hingga
menjadi pemberani saja rasanya sangat sulit.
Tapi, ada 1 hal yang harus kita pahami. Dibalik rasa takut
yang menyelimuti, bukankah sebenarnya ada rasa berani di dalam hati? Di dunia
ini, takkan ada yang membuat kita bangkit selain diri kita sendiri. Orang lain
juga sibuk untuk membangkitkan diri mereka masing-masing, lalu tunggu apa lagi?
Apa ingin terus menerus terpuruk dalam rasa takut? Menunggu orang lain
mengulurkan tangan untuk membangkitkan kita dari keterpurukkan layaknya
pahlawan? Ah, omong kosong! Hanya orang-orang yang berjiwa besar yang bisa
sadar akan sekitar. Tapi jaman sekarang, siapa yang bisa peka? Mereka bahkan
tak peduli pada kehidupan orang lain. Jadi, masih ingin menunggu uluran tangan
orang lain? Bodoh!
Kesimpulannya; pahlwan yang sebenarnya ada di dalam hati
kita sendiri. Jika hati ingin bangkit, maka jiwa-pun akan bangkit. Tapi jika
hati terus menerus dipenuhi rasa takut, maka jiwa-pun akan semakin terpuruk.
So, which your choice?
Written : 24 Juni 2013
22.01
0 komentar:
Posting Komentar