Sabtu, 15 Juni 2013

Kembali ke Desember


Bila hanya ada satu kata di dunia untuk melukiskan bulan desember, aku akan menyebutnya; Memorable. Ya. Banyak kenangan yang tersimpan di bulan desember. Bulan yang penuh akan canda tawa, amarah, rasa sedih, dan tentunya kebahagiaan. Semuanya tersirat begitu rapih, hingga tak ada sedikit celah untuk membumbui rasa lain di setiap harinya. Bulan penutup tahun yang awalannya aku mulai dengan keindahan, dan akhirannya aku tutup dengan kesedihan.

Entah kenapa, sepertinya bulan desember selalu mengingatkan aku pada seseorang. Seseorang yang sempat singgah walau hanya sejenak. Seseorang yang sempat memberi kenangan manis namun singkat. Seseorang yang... entahlah. Sesingkat angin yang berhembus menggerakkan dedaunan di  pohon, ketika angin itu hilang, daun di pohon pun diam. Tak bisa bergerak, kaku, bisu, seperti tak ada nyawa. Namun ketika angin berhembus terlalu kencang, dedaunan di pohon akan jatuh, terbengkalai, dan mati. Seperti itulah aku menggambarkannya. Engkau serupa angin, dan aku adalah daun. Bisakah dibayangkan? Kesimpulannya; aku tak bisa hidup dengan atau tanpa kamu.

Konyol memang. Seringkali hal yang singkat terlalu melekat di otak. Bahkan bisa menyingkirkan hal-hal lain yang sebenarnya lebih berarti. Ternyata memang benar pepatah yang mengatakan; hal yang diraih dengan mudah, akan hilang dengan cara yang mudah juga. Ya, seperti itulah keadaan yang dulu aku alami. Kau datang, aku bahagia, kau bahagia, aku nyaman, kau bosan, lalu kau pergi. Mudah sekali bukan? Seperti memberikan boneka pada anak kecil lalu kau ambil lagi. Apa kau pernah berpikir bagaimana perasaan anak kecil itu? Hancur, tentu saja. Bagi anak kecil, boneka adalah segalanya, boneka adalah dunianya. Tapi sayangnya, aku tidak seperti anak kecil. Kamu bukanlah duniaku. Kamu hanyalah anginku. Angin yang datang dan pergi, tidak pasti, tidak tentu.

Ya, mungkin benar anggapanku kali ini. Aku adalah daun, dan kamu adalah angin. Daun hanya membutuhkan sedikit angin agar dia bisa bergerak, tak perlu angin yang kencang karena itu akan membunuhnya. Sama seperti aku. Aku hanya sedikit membutuhkanmu, untuk membahagiakanku, menjadi penyemangatku, dan mengobati rasa sedihku. Dan aku, tak perlu memilikimu lebih dari sekedar membutuhkan. Karena yang akhirnya aku dapat, hanyalah kesedihan karena sosokmu, keraguan akan cintamu, seperti kita dulu. Ingatlah, karena kita adalah daun dan angin. Jika tidak bersama kita akan hampa, jika bersama kita akan hancur. Maka, cukuplah mendekat, saling memberi kebahagian dan mengisi kehampaan, lalu kita akan hidup dengan tenang.

Memorable. Untold story. Ya, mungkin itu kata-kata yang cocok untuk kita. Terimakasih bulan desember, bulan yang mempertemukan aku dan kamu, bulan yang menyatukan dan memisahkan kita, bulan yang membuat kita mengerti bahwa tak selamanya teman bisa dijadikan pasangan. Begitupun sebaliknya.

Written :
00.28
4 juni 2013

Related Posts:

  • Pahamilah, Aku Lelah Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE … Read More
  • (singkat) Filosofi HujanDatangnya hujan ataupun teriknya mentari sama-sama adalah Rahmat. Semua mempunyai kelebihan & kekurangan masing-masing. Begitupula dengan kehidupan kita yang tetap harus diisi dengan berpikir positif agar sabar & s… Read More
  • Bahagia Terbesarku ? (Pernah) Memilikimu Kamu pernah bertanya "Apa sih yang membuatku sedemikian sayang padamu?". Dan ketika itu aku masih terbuai dalam asmara mendalam padamu hingga tak dapat menuturkannya dalam baris aksara. Tapi kini setelah tak ada lagi soso… Read More
  • Antara Hujan dan Kenangan Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE … Read More
  • SpasiSpasi itu bumbu kalimat. Kalau spasi nggak ada, mungkin sebuah kalimat akan terasa hambar, seperti  teh tanpa gula, atau nasi tanpa lauk. Itu adalah spasi dalam rangkaian kalimat, elemen terkecil pembentuk cerita. Lalu… Read More

0 komentar:

Posting Komentar