Senja mulai datang menutupi cerahnya
langit di sore itu. Mulai terlihat biasan-biasan cahaya yang terpapar indah di
langit. Langit berwarna merah keungu-unguan dengan beraninya mengindahkan
pemandangan langit persis di depan rumahku. Aku masih duduk terdiam di kursi
jati. Di depan jendela. Memandangi awan gelap yang berebut tempat dengan awan
terang. Tapi ada yang berbeda kali ini. Ada sesuatu yang mengganjal di hatiku.
Pikiranku mulai menganalisa. Perasaan apa ini ? Rasa hampa dan kosong. Apakah
karena senja yang datang terlalu cepat ? Atau karena awan dan langit yang tidak
seindah biasanya ? Namun hatiku tak menemukan jawaban yang tepat. Aku terus
berfikir, memutar ulang kejadian demi kejadian. Hingga akhirnya aku menemukan
jawaban. Ah.. ternyata, aku hampir lupa bila kali ini aku telah kehilangan
seseorang, hingga akhirnya hanya hampa dan kosong yang kurasakan.
Tanpa kusadari rintikan hujan mulai
membasahi bumi. Kali ini hanya awan mendung yang ku lihat. Dan juga rerumputan
dan bunga-bunga yang sedang menahan sakit karena terbasahi air hujan. Ya..
hujan selalu berhasil mengubah perasaan hatiku hingga 180derajat berbeda.
Apalagi sekarang? Saat aku teringat dengan kehampaan dan kekosongan, kini hujan
seolah memutar ulang semua kenangan yang sudah kusisihkan. Pikiranku mulai
berfatamorgana pada suatu hal yang tidak mungkin. Hatiku mulai meraba pada
sosoknya yang telah perlahan pergi. Dan mataku mulai berkabut, kemudian
meneteskan beberapa bulir air mata yang semakin lama semakin banyak dan tak
kalah deras dengan rintikan hujan.
Argh! Mengapa aku begitu cengeng ? Aku
seperti anak kecil yang telah kehilangan balonnya. Aku seperti nenek-nenek yang
sedang kebingungan berusaha menyebrang jalan. Aku seperti... Sudah! Aku tak
ingin menyamakan aku dengan orang lain. Tapi bila nyatanya demikian, apa yang
harus ku perbuat ? Derasnya hujan semakin melarutkanku pada kesedihan.
Menghempaskan jiwaku yang tadinya penuh semangat, kini hanya bagaikan seonggok
manusia yang tidak berguna. Mengapa bisa semengenaskan ini ? Hebat sekali kamu!
hanya dengan kepergianmu, aku seperti membiarkan kebahagiaanku ikut pergi
bersamamu. Tidak! Aku sebenarnya tidak ingin bernostalgia dengan masa lalu.
Bahkan aku sudah membuangnya jauh-jauh. Tapi mengapa kini dengan mudahnya
datang kembali. Apa karena hujan? Atau karena hatiku yang masih menginginkanmu
?
Ya.. aku masih memandangi rintikan
hujan. Berharap menemukan kebahagian yang masih terselip di dalamnya. Aku
mengamati dedaunan dan bunga yang mulai layu karena terendam air. Layu sekali.
Sama seperti hatiku yang kehilangan rasa sayang. Kenapa keadaan jadi seperti
ini ? Dulu sebelum ada kamu, aku bisa menjalani hidupku dengan bahagia. Tapi
setelah kini kamu datang menyisipkan beberapa kasih sayang kemudian pergi, aku
bahkan tak bisa lagi menjalani hidupku dengan sedikit senyuman. Hmm.. Kamu tak
punya hati atau tak punya pikiran ? Kamu ga peka atau ga peduli ? Kamu ga
ngerti atau emang bego ? Tapi yang pasti, aku tak pernah berharap kamu
mempunyai salah satu dari sifat itu.
Hujan mulai berhenti membasahi bumi.
Namun, mengapa kesedihanku tidak berhenti juga ? Aku tersesat pada
ketidakkaruan perasaan. Aku tak bisa kembali lagi pada diriku yang sebelumnya.
Sebelum hujan membawaku pergi memasuki kenangan dan memori yang memang belum
bisa dilupakan. Haruskah aku menyalahkan hujan ? Atau menyalahkan kamu ? Atau
diriku sendiri ? Entahlah.
Dibuat 17 januari 2013
20.56
0 komentar:
Posting Komentar