Kamis, 17 Januari 2013

Antara Hujan dan Kenangan


Senja mulai datang menutupi cerahnya langit di sore itu. Mulai terlihat biasan-biasan cahaya yang terpapar indah di langit. Langit berwarna merah keungu-unguan dengan beraninya mengindahkan pemandangan langit persis di depan rumahku. Aku masih duduk terdiam di kursi jati. Di depan jendela. Memandangi awan gelap yang berebut tempat dengan awan terang. Tapi ada yang berbeda kali ini. Ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Pikiranku mulai menganalisa. Perasaan apa ini ? Rasa hampa dan kosong. Apakah karena senja yang datang terlalu cepat ? Atau karena awan dan langit yang tidak seindah biasanya ? Namun hatiku tak menemukan jawaban yang tepat. Aku terus berfikir, memutar ulang kejadian demi kejadian. Hingga akhirnya aku menemukan jawaban. Ah.. ternyata, aku hampir lupa bila kali ini aku telah kehilangan seseorang, hingga akhirnya hanya hampa dan kosong yang kurasakan.

Tanpa kusadari rintikan hujan mulai membasahi bumi. Kali ini hanya awan mendung yang ku lihat. Dan juga rerumputan dan bunga-bunga yang sedang menahan sakit karena terbasahi air hujan. Ya.. hujan selalu berhasil mengubah perasaan hatiku hingga 180derajat berbeda. Apalagi sekarang? Saat aku teringat dengan kehampaan dan kekosongan, kini hujan seolah memutar ulang semua kenangan yang sudah kusisihkan. Pikiranku mulai berfatamorgana pada suatu hal yang tidak mungkin. Hatiku mulai meraba pada sosoknya yang telah perlahan pergi. Dan mataku mulai berkabut, kemudian meneteskan beberapa bulir air mata yang semakin lama semakin banyak dan tak kalah deras dengan rintikan hujan.

Argh! Mengapa aku begitu cengeng ? Aku seperti anak kecil yang telah kehilangan balonnya. Aku seperti nenek-nenek yang sedang kebingungan berusaha menyebrang jalan. Aku seperti... Sudah! Aku tak ingin menyamakan aku dengan orang lain. Tapi bila nyatanya demikian, apa yang harus ku perbuat ? Derasnya hujan semakin melarutkanku pada kesedihan. Menghempaskan jiwaku yang tadinya penuh semangat, kini hanya bagaikan seonggok manusia yang tidak berguna. Mengapa bisa semengenaskan ini ? Hebat sekali kamu! hanya dengan kepergianmu, aku seperti membiarkan kebahagiaanku ikut pergi bersamamu. Tidak! Aku sebenarnya tidak ingin bernostalgia dengan masa lalu. Bahkan aku sudah membuangnya jauh-jauh. Tapi mengapa kini dengan mudahnya datang kembali. Apa karena hujan? Atau karena hatiku yang masih menginginkanmu ?

Ya.. aku masih memandangi rintikan hujan. Berharap menemukan kebahagian yang masih terselip di dalamnya. Aku mengamati dedaunan dan bunga yang mulai layu karena terendam air. Layu sekali. Sama seperti hatiku yang kehilangan rasa sayang. Kenapa keadaan jadi seperti ini ? Dulu sebelum ada kamu, aku bisa menjalani hidupku dengan bahagia. Tapi setelah kini kamu datang menyisipkan beberapa kasih sayang kemudian pergi, aku bahkan tak bisa lagi menjalani hidupku dengan sedikit senyuman. Hmm.. Kamu tak punya hati atau tak punya pikiran ? Kamu ga peka atau ga peduli ? Kamu ga ngerti atau emang bego ? Tapi yang pasti, aku tak pernah berharap kamu mempunyai salah satu dari sifat itu.

Hujan mulai berhenti membasahi bumi. Namun, mengapa kesedihanku tidak berhenti juga ? Aku tersesat pada ketidakkaruan perasaan. Aku tak bisa kembali lagi pada diriku yang sebelumnya. Sebelum hujan membawaku pergi memasuki kenangan dan memori yang memang belum bisa dilupakan. Haruskah aku menyalahkan hujan ? Atau menyalahkan kamu ? Atau diriku sendiri ? Entahlah.

Dibuat 17 januari 2013
20.56

Related Posts:

  • Genggaman Kosong /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-paren… Read More
  • Sepotong Senja untuk Calon PacarCalon pacar tercinta, Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap? Seperti setiap senja di setiap pa… Read More
  • Pelangi Sehabis Hujan Bohong jika aku berkata bahwa hidupku tanpa ketakutan. Aku takut kesepian, aku takut kehilangan, aku takut ditinggalkan. Namun justru kesemuanya itu yang kurasakan. Seolah apa yang diri ini pernah lakukan tak ada gunanya. H… Read More
  • SpasiSpasi itu bumbu kalimat. Kalau spasi nggak ada, mungkin sebuah kalimat akan terasa hambar, seperti  teh tanpa gula, atau nasi tanpa lauk. Itu adalah spasi dalam rangkaian kalimat, elemen terkecil pembentuk cerita. Lalu… Read More
  • Aku, Hanyut dan Akhirnya LepasAliran air mengenai bebatuan hitam di atas sana, semakin ke bawah, sang air pun mengalir kian deras, menuruni setapak demi setapak undakan yang terjadi di jeram mini itu. Sepertinya pemandangan itulah yang harus kusaksika… Read More

0 komentar:

Posting Komentar